Wednesday, November 22, 2017

Pantai Lovina Menikmati Sunrise bersama Lumba Lumba di Bali Utara

Pernah mendengar nama Pantai Lovina? Untuk  sebagian besar  wisatawan mancanegara (wisman) dari berbagai negara di Benua Eropa mungkin pantai ini sudah akrab di pendengaran mereka.



Belasan kapten jukung di Pantai Sentral Lovina, Singaraja telah mempersiapkan perahu jukungnya untuk mengantarkan puluhan wisatawan yang sudah berkumpul di Patung Dolphin untuk menyaksikan lumba-lumba sejak jam menunjukkan pukul 05.00 Wita.

Satu perahu jukung dapat mengantar dua sampai enam wisatawan menyaksikan atraksi lumba-lumba di laut lepas.
Satu orang wisatawan dapat membayar Rp 100 ribu untuk jasa antar menggunakan jukung.
Jika ingin lebih privat, dapat pula menyewa satu jukung senilai Rp 500 ribu.


Dari atas jukung itu wisatawan sudah dapat menikmati atraksi lumba-lumba dua sampai tiga jam di laut lepas.
Para wisatawan ini sengaja berangkat sejak pagi buta karena kawanan lumba-lumba biasa melintas di pantai itu saat pagi hari.
Sekaligus mereka dapat menikmati keindahan sunrise (matahari terbit) dari atas perairan.

Petualangan untuk bertemu kawanan lumba-lumba ini dapat dikatakan gampang-gampang susah.
Perlu keberuntungan dan kesabaran untuk bertemu hewan mamalia ini.
Tidak sedikit pula yang berusaha mengabadikannya dengan kamera yang dibawanya.




Perairan Bali Utara yang menjadi lintasan kawanan lumba-lumba ini menjadi daya tarik wisata karena para wisatawan mendapatkan sensasi menyaksikan atraksi lumba-lumba liar langsung dari laut lepas.

Ketut Tapak (40) sudah 25 tahun berprofesi sebagai kapten jukung. Dia telah mengantar banyak wisatawan dari berbagai negara.
“Saya sudah dari usia 15 tahun mulai nganter-nganter tamu. Dulu kita masih pakai perahu layar dan belum banyak jumlahnya seperti sekarang. Mulai tahun 1990-an, kita mulai pakai jukung yang bermesin. Ketika itu alasannya biar lebih cepat,” kata pria asal Desa Anturan Bali ini.

Wisatawan Tetap Nyaman

Sembari menjalankan laju jukungnya, ia bercerita jika kini menjadi pelaku wisata cukup berat.
Satu prinsip yang selalu dipegangnya agar dapat bertahan adalah dengan membuat nyaman wisatawan dan lumba-lumba.
“Yang jelas sekarang orang yang punya jukung semakin banyak. Kalau saya sistemnya pakai rekomendasi. Jadi tamu yang kita antar bagaimana caranya dia bisa nyaman sama saya lalu dia merekomendasikan ke teman-temannya kalau ke Lovina untuk hubungi saya, karena saya baik,” katanya.

“Kalau saya sudah di lintasan lumba-lumba, saya diamkan jukungnya. Sabar tunggu sampai lumba-lumba muncul. Jangan kita kejar, itu yang lebih disukai tamu, dan lumba-lumba bisa lebih nyaman di habitatnya,” tambah dia.
Prinsip yang dipegangnya itu terbukti karena banyak wisatawan nyaman dengannya. Jika musim high season (musim ramai), Juli hingga Desember, ia bisa mengantar sampai tiga kali dalam sehari. Dua kali di pagi hari dan sekali di sore hari.



“Tapi kalau low season sehari dapat satu kali nganter saja sudah bagus,” ucapnya.
Kini kawanan lumba-lumba yang melintas di Lovina semakin bertambah banyak.
Bahkan ia menyebut ada lima jenis lumba-lumba yang melintas.
Namun tiga tahun terakhir ini, justru jumlah wisatawan yang berkunjung lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Kawasan wisata Lovina ini terdiri dari enam desa di Buleleng dengan pantai yang banyak dilintasi kawanan lumba-lumba.
Desa-desa itu di antaranya Desa Pemaron, Tukadmungga, Anturan, Kalibukbuk yang berada di Kecamatan Buleleng. Kemudian juga Desa Temukus dan Kaliasem yang masuk Kecamatan Banjar.


Lovina terletak sekitar 72 kilomter (km) dari Pelabuhan Gilimanuk atau dapat ditempuh sekitar 1,5 jam perjalanan.

Sementara jarak Lovina dengan Bandara I Gusti Ngurah Rai, Badung, sekitar 102 km melintasi Jalan Raya Bedugul atau tiga jam perjalanan.
Sudah pernah menyaksikan Lumba-Lumba di sana??

Share bila kamu belum pernah kesana bersama teman temanmu

No comments:

Post a Comment